Malam itu hujan turun deras sekali,
suara petir yang gagah menggelegar tiba-tiba saja membangunkanku. Aku termangu, teringat dengan orangtuaku, aku rindu pada mereka. Langsung
saja aku mengambil album fotoku yang tergeletak di atas meja belajarku. Aku
menangis saat memandangi wajah orangtuaku dalam album foto itu. Aku masih ingat
saat itu aku masih kecil, aku masih berumur 12 tahun. Orangtuaku mengajakku
pergi berlibur ke Pulau Bali. Aku sangat senang, karena liburan kali itu aku
mendapati liburan yang berbeda. Sungguh liburan yang menyenangkan bisa
berkumpul dengan orangtuaku. Karena aku sendiri jarang bertemu orangtuaku yang
sibuk dengan pekerjaannya.
Tanggal 22 Juni 2004 aku dan
orangtuaku pergi ke Sangeh. Haha iya S-A-N-G-E-H, tempat rekreasi yang unik
karena di sana kita bisa bertemu langsung dengan monyet. Di sana aku dan
orangtuaku berfoto-foto, bercanda, dan tentunya masih banyak lagi. Setelah dari
Sangeh, kita melanjutkan pergi ke Pantai Kuta. Sebenarnya pemandangan di Pantai
Kuta sangat indah, namun karena kurang dijaga kebersihannya akhirnya dibeberapa
tempat sekitar pantai bisa kita jumpai berbagai macam sampah. Ada sampah
plastik, tanaman, bahkan bangkai yang kita tahu sendiri baunya sangat tidak
sedap. Kejadian yang memprihatinkan itu juga bisa menyebabkan berkurangnya
wisatawan manca negara maupun
wisatawan domestic. Namun, aku dan
orangtuaku tetap have fun menikmati
suasana Panta Kuta. Di Pantai Kuta kita juga sempat berfoto-foto, makan-makan,
membuat istana dari pasir, dan yaaah…
liburan yang melelahkan namun menyenangkan. Sehabis pulang dari Pantai Kuta
kita pulang ke hotel tempat kita menginap. Sesampainya di hotel, aku, Papa, dan
Mamaku langsung menempati tempat tidur kami masing-masing. Meregangkan tangan
di kasur yang nyaman dan empuk,
hingga akhirnya kami tertidur pulas karena kecapekan.
Pagi hari kami mengemasi
barang-barang kami karena kami akan pulang ke Jakarta. Setelah semua siap, kami
langsung check out dari hotel, dan segera menuju ke Bandara Ngurah Rai. Pukul
10.00 pesawat yang akan kita tumpangi sudah datang, dan siap untuk mengantar
kami ke Jakarta. Setelah perjalanan yang
sudah memakan waktu kurang lebih 30 menit, entah ada angin apa yang terjadi, di
tengah perjalanan pesawat yang kami tumpangi kehilangan keseimbangan. Semua
penumpang panik, termasuk aku, dan orangtuaku. Para pramugari pesawat itu
menyuruh semua penumpang agar tetap tenang, dan siap-siap untuk menggunakan
parasut, dan alat pengaman lainnya. Selang beberapa menit kemudian, pesawat
yang kita tumpangi jatuh ke area perkebunan kelapa sawit, dan pesawat itupun
hangus terbakar, terpecah belah menjadi puing-puing kecil. Hampir seluruh
penumpang pesawat itu tewas. Kejadian itu membawa duka mendalam bagi keluarga
para korban. Alhamdulillah, aku termasuk dalam korban yang selamat. Namun,
kejadian itu membuat trauma yang sangat mendalam bagiku karena kejadian itu
telah menewaskan kedua orangtuaku. Aku sangat sedih, karena itu adalah liburan
yang paling menyenangkan bagiku namun juga yang paling menyedihkan.
Kejadian itu memang sudah terjadi 9
tahun yang lalu. Tapi kesedihan karena kehilangan orang yang kita sayang itu
masih terasa hingga saat ini.
1 komentar:
dek, itu kisah nyata? kisah darimana?
Post a Comment